Rumah Sakit Islam Buka Peluang Investasi di Dunia Kesehatan
SAMARINDA, KALPOSTONLINE | Setelah berhenti beroperasi sejak 2016 lalu, Rumah Sakit Islam (RSI) Samarinda berupaya untuk menghidupkan kembali rumah sakit yang selama ini bernaung di bawah Yayasan Rumah Sakit Islam (YARSI). Sejumlah persoalan yang mengakibatkan terhentinya operasional rumah sakit diakui di antaranya manajemen sebelumnya yang kurang akutantabel. Sehingga dengan manajemen baru ini, RSI optimistis dapat kembali beroperasi sesuai dengan harapan.
Langkah awal untuk beroperasi, RSI tengah membutuhkan dana segar senilai Rp28 miliar. Kendati dinilai masih kurang, tapi dana tersebut dapat mendukung operasional RSI. Kebutuhan dana itu terungkap dalam kegiatan Islamic Healthy Care Investment Business Forum 2022 yang digagas pihak Yarsi. Yayasan berharap terdapat pihak-pihak yang berminat untuk menanamkan sahamnya di RSI.
“Tahun 2016 terjadi gejolak, tapi sekarang Rumah Sakit Islam sudah clear and clean. Semua baru, dari sistem dan manajemennya. Jadi ke depannya bisa lebih maju,” kata Ketua YARSI, Rita Artaty Barito saat acara tersebut di Hotel Bumi Senyiur Samarinda, Rabu (27/7/2022).
Upaya kesungguhan untuk menghidupkan kembali RSI, menurut Rita, izin operasional RSI telah rampung. Bahkan disebutkannya sebanyak 40 dokter bersedia bergabung di RSI. Saat ini, karena lima tahun berhenti beroperasi, gedung dan bangunan tengah direnovasi, termasuk sejumlah perlengkapan pendukungnya seperti alat kesehatan dan alat-alat umum.
“Izin kita ulangi dari tipe D, ini menghabiskan Rp2 miliar. Sekarang proses ke tipe C. Kami target
akhir September sudah buka, 40 dokter siap bergabung baik dokter umum dan spesialis. Ke depan RSI banyak diperlukan orang banyak, berkembang, insyaallah dalam tiga bulan ke depan bisa dibuka, poliklinik bisa dibuka, ada guess housenya juga,” ujar Rita menjelaskan.
Rita menegaskan, meski YARSI memiliki sejumlah aset berupa lahan, kata dia, YARSI memilih untuk fokus mengoptimalkan fasilitas yang sebelumnya telah digunakan RSI. Yakni gedung dan bangunan yang berada di Jalan Gurami No.18, Sungai Dama, Kecamatan Samarinda Ilir, Kota Samarinda. Meski lahan tersebut merupakan milik Pemprov Kaltim yang saat ini telah disewa selama lima tahun, pihak yayasan berencana akan menyewanya untuk jangka 25 tahun.
“Kami juga akan membuka klinik kecantikam, psikolog dan anak. Itu program kami jangka pendek dan panjang.
Ke depan kami akan membuka sepuluh klinik di sepuluh kecamatan dan sepuluh RSI di sepuluh kabupaten/kota di Kaltim. Tidak menutup kemungkinan di IKN,” sebut Rita.
Ketua Pembina YARSI, Barkati yang hadir dalam acara itu mengaku tidak ingin RSI hanya meninggalkan kenangan bagi warga Samarinda. Dirinya berharap RSI dapat kembali beroperasi seperti sebelumnya. Sehingga dia patut mendukung pengurus yayasan yang memiliki keyakinan untuk dibukanya kembali RSI.
“Saya tidak ingin RSI ini hanya menjadi sejarah, saya ingin beroperasi kembali untuk melayani warga Samarinda. Kami meminta dukungan dari bapak ibu semua. Makanya kami mencoba dalam kegiatan hari ini dapat menjawab pertanyaan selama ini,” ucap Barkati.
YARSI saat ini tengah membentuk sejumlah tim, di antaranya tim dokter yang mengkordinir kebutuhan dokter di RSI dan memberikan penilaian terhadap fasilitas medis di RSI. Sejauh ini, selain puluhan dokter yang bersedia bergabung, sejumlah alat kesehatan tengah diinventarisasi kelayakannya termasuk fasilitas penting lainnya seperti ruang rawat inap dan IGD.
“Fasilitas alat kesehatan yang ada masih akan digunakan, kira-kira 60 persen masih bisa digunakan. Untuk awal kita siapkan 100 tempat tidur dulu, walaupun sebelumnya sampai 200 tempat tidur. Walaupun kebutuhan kita saat ini Rp28 miliar, kok kecil, tapi setidaknya rumah sakit ini dapat beroperasi,” ungkap Ketua Tim Dokter RSI, dr Antoni. (*)